Meningitis
adalah radang pada meningen (membran
yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur. Meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis, dan tuberkulosa. Meningitis
aseptik mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia atau
darah di ruang subarakhnoid. Meningitis
sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri
seperti meningokokkus, stafilokokkus, atau basilus influenza. Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh
basilus tuberkel.
Infeksi
meningeal umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan: melalui salah satu
aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti
selulitis atau penekanan langsung seperti didapat setelah cedera traumatik
tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau
hasil sekunder prosedur invasif (seperti pungsi lumbal) atau alat-alat invasif
(seperti alat pemantau TIK).
Meningitis Bakteri
Bentuk paling signifikan dari meningitis
adalah tipe bakterial. Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis bakteri
akut adalah Neisseria meningitidis
(meningitis meningokokkus), streptococcus
pneumoniae(pada dewasa), dan Haemophillius
influenzae (pada anak-anak dan dewasa muda). Dari ketiga organisme ini
jumlahnya sekitar 75% dari kasus-kasus meningitis bakteri.
Bentuk penularannya melalui kontak
langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari hidung dan tenggorok yang
membawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang lain. Paga hasilnya
banyak yang tidak dikembangkan menjadi infeksi tetapi menjadi carrier. Insiden tertinggi pada
meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif, yang terjadi pada lansia, sama
seperti pada seseorang yang mengalami gangguan respons imun.
Meningitis Aseptik
Meningitis Aseptik adalah istilah yang
digunakan untuk gejala meningitis yang tidak teridentifikasi organisme
penyebabnya dan jumlah sel darah putih CSS tidak menunjukkan penyebab
bakterial. Penyebabnya biasanya virus, tetapi dapat juga karena tuberkulosis,
virus dari hospes serangga seperti penyakit Lyme
dan Rocky mounted Spotted Fever. Dapat juga disebabkan oleh agens
noninfeksi (seperti medikasi atau tumor) yang berperan terhadap iritasi pada
meningens. Peneliti telah mengidentifikasi meningitis aseptik yang terbanyak
disebabkan oleh enterovirus. Virus ditularkan melalui jalur fekal oral. Gejala
meningitis sering berkaitan dengan infekai gastrointestinal dengan mual, muntah
dan lemah.
Meningitis Kriptokokus
Meningitis
kriptokokkus adalah satu dari penyebab infeksi oportunistik yang berhubungan
dengan HIV dan paling banyak dilihat. Bagaimanapun ini dapat menjadi komplikasi
dari beberapa penyakit imunosupresi berat. Proses penyakit meningitis biasanya
ringan, tetapi menetap dan berjalan perlahan.
Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai
sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke
meningen otak dan daerah medula spinalis bagian atas. Faktor-faktor
predisposisi mencakup infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.
Organisme
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakrtanial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada
infeksi akut, pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderchsen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokkus.
Manofestasi
Klinis
Gejala
meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK.
- Sakit
kepala dan demam adalah
gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu
berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi
selama perjalanan penyakit.
- Perubahan
pada tingkat kesadaran
dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan ganguan memori biasanya
merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya
penyakit, demikian pula respons individu terhadap proses fisiologik.
Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargik, tidak responsif dan koma.
- Iritasi
meningen mengakibatkan
sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe
meningitis.
- Rigiditas
Nukal (kaku leher) adalah
tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya
spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
- Tanda
kernig positif : Ketika pasien dibaringkan dengan
paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan
sempurna.
- Tanda
Brudzinski : Bila leher
pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan
fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
- Pasien mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
- Kejang
dan peningkatan TIK juga
berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal
kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen
dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital
(melebatnya tekanan pulsa dan
bradikardia), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran.
- Adanya
ruam merupakan salah satu
ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua pasien dengan
tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam peteki
dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
- Infeksi
fulminating terjadi pada
sekitar 10% pasien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda
septikemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar
(sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda koagulopati
intravaskulerdiseminata(KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam
setelah serangan infeksi.
Data
Dasar Pengkajian Pasien
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise)
Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan,
gerakan involunter.
Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak. Hipotonia.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung kongenital (abses otak).
Tanda : TD meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (b/d
peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor. Takikardia, distritmia (pada
fase akut), seperti distritmia sinus (pada meningitis).
Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan/atau retensi.
Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Kesulitan menelan (pada periode akut)
Tanda : Anoreksia, muntah
Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua
kebutuhan perawatan diri (pada periode akut)
Neurosensori
Gejala
: Sakit kepala,
Parestesia, terasa kaku pada semua
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan
pada saraf kranial). Hiperalgesia/meningkatnya sensitivitas pada nyeri
(meningitis). Timbul kejang (meningitis bakteri atau abses otak).
Gangguan dalam
penglihatan, seperti diplopia (Fase awal dari beberapa infeksi)
Fotofobia (pada
meningitis).
Ketulian (pada
meningitis atau ensefalitis)atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan
Adanya halusinasi
penciuman/sentuhan
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran; letargi
sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi/psikosis
organik (ensefalitis).
Kehilangan memori
sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan awal gejala berkembangnya
hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial).
Afasia/kesulitan
dalam berkomunikasi
Mata (ukuran/reaksi
pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya (peningkatan TIK).
Nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus menerus).
Ptosis (kelopak
mata atas jatuh. Karakteristik fasial (wajah) : perubahan pada fungsi motorik
dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).
Otot
mengalami hipotonia/flaksid paralisis (pada fase akut meningitis)
Hemiparese
atau hemiplegia
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan; leher/punggung kaku ; nyeri pada gerakan okular, fotosensitifitas,
sakit : tenggorok nyeri.
Tanda : tampak terus terjaga, prilaku distraksi/gelisah.
Menangis/mengaduh/mengeluh
Pemeriksaan
Diagnostik
Analisa CSS dari pungsi lumbal :
- Meningi9tis Balteriasl : Tekanan meningkat,
cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun, kultur positif terhadap beberapa jwenis bakteri.
- Meningitis virus : Tekanan bervariasi, cairan
CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya
normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur
khusus.
- Glukosa serum meningkat pada semua jenis
meningitis
Diagnosis
Diagnosis meningitis dan
penentuan penyebab bergantung pada interpretasi dari jumlah sel darah putih
CSS. Normalnya, CSS bersih, dengan jumlah glukosa mendekati 2/3 dari nilai
darah perifer, protein mendekati 4,5 g/l, dan kurang dari 5 sel darah putih.
Meningitis biasanya membuat perubahan dalam CSS. Jumlah sel darah putih sering
meningkat di atas 1000/ml dengan meningitis bakteri. Sel darah putih dominan
dalam neutrofil. Glukosa dan protein menurun. Diagnosa akhir dibuat berdasarkan
kultur.
Pada meningitis virus dan jamur (meliputi
kriptokokkus), biasanya sel darah putih meningkat, dengan limfosit yang
dominan, glukosa relatif tidak berubah, dan kadang peningkatan jumlah protein.
Kultur dan metode identifikasi langsung terhadap penyebab penyakit sering tidak
dilakukan. Interpretasi jumlah sel darah putih pada CSS akan membantu memantau
keefektifan terapi antibiotik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
yang berhasil bergantung pada pemberian antibiotik yang melewati darah-barier
otak ke dalam ruang subarakhnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Cairan serebrospinal (CSS) dan darah
perlu dikultur, dan terapi antimikroba dimulai segera. Dapat digunakan
penissilin, ampisilin atau kloramfenikol, atau satu jenis dari sefalosporin.
Antibiotik lain digunakan jika diketahui strein-bakteri resisten. Pasien
dipertahankan pada dosis besar antibiotik yang tepat perintravena.
Dehidrasi
atau syok diobati dengan pemberian tambahan volume cairan. Kejang dapat terjadi
pada awal penyakit, dikontrol dengan menggunakan diazepam atau fenitoin.
Diuretik osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema
serebral.
Intervensi
Keperawatan
Prognosis
pasien bergantung pada dukungan perawatan
yang diberikan. Pasien yang parah dan dengan kombinasi adanya demam,
dehidrasi, alkalosis dan edema serebral memungkinkan terjadinya kejang.
Obstruksi jalan napas, henti napas atau distritmia jantung dapat terjadi,
sehingga intervensi keperawatan harus bekerja sama dengan dokter.
Pada
semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus
menerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulkan obstruksi jalan
napas. Penentuan gas darah arteri, pemasangan selang endotrakea (atau
trakeostomi dan penggunaan ventilasi mekanik. Oksigen dapat diberikan untuk
mempertahankan tekanan oksigen arteri parsial (PO2) pada tingkat yang
diinginkan.
Pantau
tekanan arteri untuk mengkaji syok. Yang mendahului gagal jantung dan
pernapasan. Catat adanya vasokonstriksi, sianosis yang menyebar, dan
ekastremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja
jantung dan kebutuhan oksigen otak.
Penggantian
cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk
melebihi hidrasi pasien karena resiko edema serebral.
Berat
badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urin, dan osmolalitas urin
dipantau secara ketat, dan khususnya bila dicurigai hormon sekresi antidiuretik
yang tidak tepat (ADH).
Penatalaksanaan
keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus menerus terhadap
status klinis pasien, perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, peningkatan
kenyamanan, dan perlindungan selama kejang dan saat koma.
Rabas
dari hidung dan mulut dipertimbangkan infeksius. Isolasi pernapasan dianjurkan
sampai 24 jam setelah mulainya terapi antibiotik.
Pencegahan
Vaksin Haemophillus influenza
tipe B (Hib) saat ini direkomendasikan sebagai bagian rutin dari vaksin pada
anak. Vaksin meningokokkus direkomendasikan pada keadaan terjangkitnya
penyakit, untuk mereka yang melakukan perjalanan di negara yang mengalami
penyakit endemik atau epidemik, meliputi mereka yang pernah mengalami
spelenektomi. Selain itu, petugas kesehatan masyarakat secara umum meresepkan
antibiotik profilaksis untuk pengurus rumah yang anggota keluarganya terjangkit
H. Influenza atau meningitis meningokokkus.
Tujuan profilaksis ini adalah
untuk eradikasi pembawa orofaring dari organisme ini untuk menurunkan risiko
terjadinya meningitis. Vaksin pneumokokkus direkomendasikan untuk pasien dengan
supresi imun, orangtua dengan penyakt kronik seperti diabetes, mereka yang
lebih dari 65 tahun dan mereka dengan infek si HIV.
Individu yang kontak langsung
dengan pasien harus
dipertimbangkan akan menerima
antimikroba profilaksis (rifampin). Kontak langsung
diobservasi dan diperiksa secara langsung bila demam
atau tanda dan gejala meningitis lain yang
berkembang. Vaksin meningokokus yang telah diizinkan di Amerika
Serikat
mencakup polisakarida grup A, C, W135 dan Y,
dan digunakan terutama dalam perekrutan militer. Vaksin ini mungkin
menguntungkan bagi beberapa pelancong yang mengunjungi daerah yang mengalami
epidemik penyakit meningokokus. Vaksinasi juga harus dipertimbangkan sebagai
tambahan antibiotik kemoprofilaksis untuk beberapa orang yang tinggal dengan
pasien yang mengalami infeksi meningokokus.
Vaksin polisakarida
(Haemophillus b polysaccharide vaccine) melawan masuknya Haemophillus
influenzae tipe b yang telah diizinkan penggunaanya di Amerika Serikat dan
sekarang digunakan rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik.