ASKEP TUMOR PALPEBRA



KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    DEFINISI
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas  disebut sebagai kanker.
Tumor pada mata disebut juga tumor orbita. Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan s fenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilari.

B.     ETIOLOGI
1.      Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14).
2.      Malformasi congenital.
3.      Kelainan metabolism.
4.      Penyakit vaskuler.
5.      Inflamasi intraokuler.
6.      Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan  disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis.
7.      Trauma

C.    KLASIFIKASI TUMOR PALPEBRA
1.      Tumor jinak
a)      Hemangioma
Hemangioma kapiler merupakan tumor palpebra yang paling sering ditemukan pada anak.
Klasifikasi
Ø  Hemangioma kapiler yang terdiri atas:
Ø  Hemangioma kavernosum
Ø  Telangiektasis
Etiologi
Sampai saat ini, patogenesis terjadinya hemangioma masih belum diketahui. Meskipungrowth factor, hormonal, dan pengaruh mekanik di perkirakan menjadi penyebab proliferasi abnormal pada jaringan hemangioma, tapi penyebab utama yang menimbulkan defek pada hemangiogenesis masih belum jelas. Dan belum terbukti sampai saat ini tentang pengaruh genetik.
Gambaran Klinis
Hemangioma kapiler tampak beberapa hari sesudah lahir. Strawberry nevus terlihat sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.
Hemangioma kavernosa tidak berbatas tegas, dapat berupa macula eritematosa atau nodus yang berwarna merah sampai ungu.
Gambaran klinis hemangioma campuran merupakan gabungan dari jenis kapiler dan jenis kavernosum.
Penatalaksanaan
Ø  Terapi konservatif, Terapi aktif, Terapi kompresi, Terapi kortikosteroid, Terapi pembedahan, Terapi radiasi, Terapi sklerotik, Terapi pembekuan, Terapi embolisasi, Terapi laser, Kemoterapi
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering dari hemangioma adalah ambliopia deprivasi pada mata yang terkena jika lesi cukup besar untuk menghalangi aksis visual. Hal ini dapat ditemukan pada 43-60% pasien dengan hemangioma palpebra. Jika lesi cukup besar untuk menyebabkan distorsi kornea dan astigmat, maka ambliopia anisometrik dapat terjadi.

2.      Molluscum Contagiosum
Molluscum contagiosum adalah infeksi virus pada epidermis yang sering mengenai kelopak mata.
Etiologi
Penyebab molluskum contagiosum adalah virus Poxvirus. Masa inkubasi dari virus ini adalah sekitar 2 minggu.
Manifestasi Klinik
Infeksi molluskum contagiosum biasanya muncul sebagai satu atau lebih lesi yang terpisah satu dengan yang lain, lesi berupa papul yang berukuran 1 – 5 mm. Setiap lesi biasanya memiliki umbilisasi di tengahnya dimana dari bagian tengah lesi tersebut dapat muncul detritus. Sebagai akibat dari penyebaran partikel virus ke dalam konjungtiva forniks dapat mengakibatkan konjungtivitis follicular kronik yang jika tidak diobati maka hal ini akan dapat menyebabkan pannus kornea dan dapat menimbulkan trachoma. Molluscum contagiosum juga dapat menyebabkan dermatitis eksematosa di periorbita. Pada pasien yang terinfeksi HIV, lesi cenderung lebih besar dan lebih agresif. Keterlibatan kelopak mata bilateral dapat terjadi pada anak – anak dengan immunosupresan. Infeksi molluscum kontagiosum bisa menjadi tanda awal dari AIDS.
Patologi
Secara histopatologi, khas dari lesi molluscum kontagiosum menunjukkan acanthosis invasive dan degenerasi sel – sel epitel yang mengisi bagian tengah lesi dan terdapat juga sejumlah badan inklusi intrasitoplasma.
Tatalaksana
Pengobatan yang paling umum digunakan adalah insisi dan kuretase dari bagian tengah lesi. Krioterapi dan kularpengobatan dengan laser telah digunakan sebagian besar untuk lesi ekstraokular. Krioterapi hiperfokal dengan anestesi local dilaorkan menjadi metode yang lebih aman untuk molluscum kontagiosum kelopak mata yang multiple pada pasien AIDS. Topikal trichoroacetic acid tretinoin, asam salisilat dan cantharidhin juga telah digunakan. Sekali lesi dihilangkan secara total, hal ini akan memperkecil angka kekambuhan.

3.      NEVUS
Sel nevus berpigmen adalah pigmentasi tahi lalat yang umum terjadi pada kebanyakan orang.
Klasifikasi
Ø  Junctional nevus
Ø  Intradermal nevus
Ø  Compound nevus
Ø  Nevus biru
Tatalaksana
Walaupun dari tampilan klinis dan riwayat penyakit membantu dalam membuat diagnosis klinis, biopsy biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis nevus. Biopsi insisi bisa dilakukan jika lesi berukuran besar dan untuk memastikan diagnosis. Biopsi eksisi juga dapat dilakukan jika nevus ingin dihilangkan karena alasan kosmetik selain juga untuk konfirmasi diagnosis. Nevus tidak sensitive terhadap radioterapi sehingga bedah eksisi adalah cara terbaik untuk menghilangkan tumor ini.

4.      Xanthelasma
Xanthelasma diartikan sebagai kumpulan kolesetrol di bawahkulit dengan batas tegas berwarna kekuningan biasanya di permukaan anterior papelbra, sehingga sering disebut xanthelasma palpebra.
Patofisiologi
Setengah pasien xanthelasma mempunyai kelainan lipid. Erupsi Xanthomasdapat ditemui pada hiperlipidemia primer dan sekunder. Kelainan geneticprimer termasuk dislipoproteinemia, hipertrigliseridimia dan defisiensi lipaselipoprotein yang diturunkan. Diabetes yang tidak terkontrol jugamenyebabkan hiperlipidemia sekunder. Xanthelasma juga bisa terjadi padapasien dengan lipid normal dalam darah yang mempunyai HDL kolesterolrendah atau kelainan lain lipoprotein.
Manifestasi Klinis
Timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan sering kali disekitar mata. Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar antara 2 – 30 mm, ada kalanya simetris dan cenderung bersifat permanen.
Pemeriksaan Laboratorium  
Karena 50% pasien dengan xanthelasma mempunyai gangguan lipid, makadisarankan untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL.
Tatalaksana
Pembatasan diet dan penggunaan obat-obatan penurun lipid serum, hanya memberikan respon pengobatan yang kecil terhadap xanthelasma. Terdapat beberapa pilihan tindakan untuk menghilangkan xanthelasma palpebrarum, yaitu eksisibedah, argon dan karbondioksida ablasilaser, kauterisasi kimia, electrodesiccation, dan cryotherapy.

2.      Tumor Ganas 
a)      Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal merupakan tumor ganas paling banyak di kelopak mata dengan frekuensi 90 – 95 % dari seluruh tumor ganas di kelopak mata. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan pinggir yang seperti mutiara.
Gejala Klinis
Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif, jarang mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Ulserasi dapat terjadi yang menjalar dari samping maupun dari arah dasar, sehingga dapat merusak bola mata sampai orbita.
Klasifikasi
Ø  Karsinoma sel basal tipe nodular.
Ø  Karsinoma sel basal tipe morphea
Tatalaksana
Biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi kecurigaan secara klinis dari karsinoma sel basal. Diagnosis yang sangat akurat bisa dijamin jika pada setiap biopsi insisional jaringan yang akan diperiksa: 
Ø  Mewakili keadaan lesi secara klinis
Ø  Ukuran yang tepat untuk pemeriksaan secara histopatologi
Ø  Tidak menambah trauma atau kerusakan
Ø  Mengikutsertakan jaringan normal di bagian pinggir sekitar daerah yang dicurigai
Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi, diantaranya :
Ø  Eksisi dengan potong beku (frozen section)
Ø  Bedh mikrografi Mohs
Ø  Bedah dengan laser CO2
Ø  Eksisi tanpa potong beku
b)     Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu jenis tumor ganas intra epitelial yang bermanifestasi pada mata di daerah limbus dan margo palpebra, yaitu didaerah peralihan epitel.
Etiologi
Penyebab karsinoma sel skuamosa ataupun tumor intraepitel belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat terpapar oleh zat aktinik atau kimia, terapi radiasi, iritasi yang berlebihan, serta virus yang akhir-akhir ini juga diduga sebagai penyebabnya, yaitu Virus papiloma humanum
Patofisiologi
Kelainan patologi karsinoma sel skuamosa dapat dijumpai dalam berbagai derajat keganansan dimulai dari stadium awal pralesi displasia, karsinoma in situ sampai dengan stadium lanjut invasive. Karsinoma sel skuamosa dapat didahului oleh berbagai macam tumor jinak seperti lesi papiloma skuamosa atau diskeratosis sebelum berubah menjadi displasi. Pada displasia stadium awal gambaran patologi belum menunjukan terjadi perubahab sel,yang terjadi hanya perubahan sel menjadi atipik,dimana secara histologis belum termasuk kriteria keganasan.Displasia mempunyai gradasi dari sel atipik yang ringan sampai berat,bergantung pada ketebalan perubahan sel epitel.Karsinoma in situ sering dimasukan dalam kategori kelainan displasia berat oleh banyak peneliti. Apabila sel yang telah berubahs sifat tersebut ,menembus membrana bsalis maka lesi tersebut merupakan karsinoma invasif .Karsinoma sel skuamosa terjadi akibat progresivitas karsinoma in situ dan displasia berat
Pemeriksaan laboratorium
Ø  Biopsi untuk memastikan tumor
Ø  Tes fungsi hati atau CT scan jika terdapat metastasis
Tatalaksana
Ø  Pembedahan dilaksanakan eksisi tumor 
Ø  Pembedahab radikal eksenterasi dengan atau tanpa kombinasi radiasi
c)      Karsinoma kelenjar sebasea
Insiden karsinoma sel sebasea adalah 3,2% diantara tumor ganas dan 0,8% dari seluruh tumor palpebra. Angka kematiannya berkisar sekitar 22%. Karsinoma sel sebasea paling sering terjadi pada perempuan dibandingkan lelaki, terutama pada usia 70 tahun keatas,
Gejala dan Tanda
Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas. Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal.
Tempat predileksinya terdapat pada palpebra superior dan terlihat massa bewarna kuning yang berisi lemak, massa ini juga dapat berupa papil-papil. Tumor pada pinggir palpebra bisanya menyebabkan hilangnya bulu mata. Biasanya, lesi tidak nyeri, berindurasi atau berulkus diikuti dengan hilangnya silia pada daerah khalazion berulang.
Tatalaksana
Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan terapi bedah. Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk mencegah penyebaran local ataupun sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar sebasea adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan batasan operasi yang luas dengan control potongan beku segar untuk menggambarkan pinggiran tumor.
d)     Melanoma Maligna Palpebra
Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus dibedakan dari Nevi dan karsinoma sel basal.
Diagnosis
Ciri khas dari melanoma maligna adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi dengan tingkat warna coklat, merah, putih, biru atau hitam gelap) batas tidak tegas, ulserasi dan perdarahan. Melanoma palpebra yang melibatkan konjungtiva biasanya lebih agresif daripada yang terbatas di kulit palpebra.
Clark dan Breslow membagi kedalaman invasi ke dalam 5 tingkat anatomis:
Ø  Tingkat 1 hanya terbatas pada epidermis (in situ).
Ø  Tingkat 2 menembus papiler dermis.
Ø  Tingkat 3 mengisi papiler dermis.
Ø  Tingkat 4 meluas ke reticular dermis.
Ø  Tingkat 5 tumor meluas ke dalam jaringan subkutan.
Penatalaksanaan
Terapi bedah dapat dilakukan untuk alasan kosmetik atau kecurigaan keganasan pada lesi jinak berpigmen. Prosedur pilihan untuk pengobatan melanoma maligna kulit kelopak mata adalah eksisi bedah lebar dengan 1 cm margin kulit dikonfirmasi oleh histologi. Pemotongan kelenjar getah bening regional harus dilakukan untuk tumor yang lebih besar dari 1,5 mm secara mendalam dan / atau untuk tumor yang menunjukkan bukti penyebaran vaskular atau limfatik.
e)      Sarkoma Palpebra
Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu palpebra atas/bawah menyerupai hordeolum atau hemangioma dan pada konjuntiva forniks, dan bulbi bagian inferior (menyerupai perdarahan subkonjuntiva granuloma atau hemangioma). Tumor ini bersifat agresif, multifokal dan sering kambuh.
Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti, tetapi beberapa faktor terlibat yang ditemui pada pasien sarkoma Kaposi:
Ø  Human herpesvirus-8 (HHV-8) DNA atau sarkoma Kaposi terkait virus herpes (KSHV) telah ditemui pada pasien yang HIV-negatif dan HIV-positive.
Ø  Laki-laki homoseksual dengan HIV mempunyai risiko yang tinggi.
Ø  Pasien yang sudah pernah transplantasi organ, dan menggunakan agen imunosupresif dan steroid berisiko tinggi.
Patofisiologi
Sarkoma Kaposi kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ekspresi deregulasi dari onkogen dan gen oncosuppressor oleh KSHV/HHV-8 dikombinasikan dengan penurunan kekebalan tubuh dan pelepasan sitokin (interleukin [IL] -6) dan faktor pertumbuhan dari HIV bertindak ke atas terjadinya infeksi sel. IL-6 menginduksi signal transducers andactivators of transcription 3 (STAT3), sehingga menyebabkan ekspresi onkogen. Meskipun mekanisme yang tepat tentang KSHV/HHV-8 bertindak sebagai perantara oncogenesis belum sepenuhnya diketahui, banyak KSHV/HHV-8 onkogen virus yang telah dikatakan dapat menyebabkan neoplasia.
Gejala
Gejala sarkoma Kaposi adalah Sakit, Fotofobia, Mata merah atau perdarahan berulang, Iritasi dan sensasi benda asing, Epiphora, Kering mata, Keluarnya mukopurulen, Kelopak mata keras atau bengkak, Ketidakmampuan untuk menutup mata, Penglihatan kabur
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk sakoma Kaposi, hanya bersifat paliatif. Radioterapiemberikan respon yang baik pada 93-100% penderita dengan sarkoma Kaposi.
Tujuan terapi pada pasien dengan sarkoma Kaposi adalah untuk meringankan iritasi mata,efek massa, dan kerusakannya. Sarkoma Kaposi cenderung untuk mempunyai respon terhadapkemoterapi. Jika pasien memiliki keterlibatan sistemik yang membutuhkan kemoterapi, lesi mataseringkali teratasi atau berkurang drastis setelah memulai terapi ini. Namun, biasanya terjadikekambuhan berikut setelah penghentian kemoterapi.
Komplikasi
Keterlibatan pada kelopak mata dapat menyebabkan kerusakan dan disfungsi kelopak.Lagofthalmos dan trikiasis dapat menyebabkan iritasi mendalam dan kekeringan, infeksi, danjaringan parut pada kornea. Keterlibatan konjungtiva dapat mengakibatkan pendarahansubkonjunctiva berulang. Pada akhirnya, penglihatan bisa hilang dari disfungsi kelopak,perubahan permukaan kornea, atau obstruksi penglihatan.30

D.    MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala tumor mata yaitu :
  1. Nyeri orbital: jelas  pada tumor ganas yang tumbuh  cepat,  namun juga merupakan gambaran khas  'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa
  2. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang  sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak  nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau  cepat (lesi ganas).
  3. Pembengkakan kelopak: mungkin  jelas pada  pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa
  4. Palpasi: bisa  menunjukkan massa yang menyebabkan  distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
  5. Gerak mata: sering  terbatas oleh sebab mekanis,  namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin  atau dari  lesi  saraf III, IV, dan VI pada  fisura  orbital  (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus
  6. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung  akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak  langsung akibat kerusakan vaskuler.

E.     PATOFIOLOGI
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek.
Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan radiologik : untuk melihat ukuran rongga orbita, terjadinya kerusakan tulang, terdapat perkapuran pada tumor dan kelainan foramen optic.
2.      Pemeriksaan ultrasonografi : untuk mendapatkan kesan bentuk tumor, konsistensi tumor, teraturnya susunan tumor dan adanya infiltrasi tumor.
3.      CT-scan : untuk menentukan ganas atau jinak tumor, adanya vaskularisasi pada tumor dan terjadinya perkapuran pada tumor.
4.      Arteriografi : untuk melihat besar tumor yang mengakibatkan bergesernya pembuluh darah disekitar tumor, adanye pembuluh darah dalam tumor. (Sidarta, ilyas. 2005)

G.    KOMPLIKASI
1.      Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan
2.      Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu  terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
3.      Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.

H.    PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tumor berdasarkan ganas atau tidaknya tumor yaitu :
1.      Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.
2.      Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.



ASUHAN KEPERAWATAN
TUMOR PALPEBRA SUPERIOR

A.    PENGKAJIAN
Pengkajian I : Dasar Data Pengkajian Mata
1.      Aktivitas/ Istirahat
-          Gejala Ã  perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2.      Makanan/ cairan
-          Mual / muntah (glaucoma akut)
3.      Neurosensori
-          Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
-          Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.
4.      Nyeri/ kenyamanan
-          Gejala Ã  Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut).

Pengkajian II : Fungsional Gordon
1.      Pola persepsi dan penanganan kesehatan
-          Tanyakan persepsi klien terhadap penyakitnya
-          Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin, klorpromazin, ergotamine, pilokarpin)
-          Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau

2.      Pola nutrisi metabolik 
-          Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi klien, apakah klien sebelumnya jarang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, dan vitamin E
3.      Pola eliminasi
-          Tanyakan bagaimana pola BAB  dan karakteristiknya
-          Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
-          Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
4.      Pola aktivitas latihan
-          Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
5.      Pola istirahat - tidur 
-          Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan penglihatan (seperti: pusing)
-          Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6.      Pola kognitif – persepsi
-          Apakah klien mengalami kesulitan saat membaca
-          Apakah menggunakan alat bantu melihat
-          Bagaimana visus
-          Apakah ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya
7.      Pola persepsi dan sensori 
-          Bagaimana klien menggambarkan dirinya
-          Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan dalam penglihatan.
8.      Pola peran dan hubungan 
-          apa pekerjaan klien
-          Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman.
-          Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien


9.      Pola seksualitas - reproduksi 
-          Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
-          Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
-          Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemunuhan kebutuhan seks
10.   Pola koping dan toleransi stres 
-          Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir
-          Apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak
-          Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang
-          Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
11.  Pola keyakinan-nilai 
-          Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan
-          Tanyakan apakah ada pantangan keagamaan

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan persepsi penglihatan
2.      Nyeri berhubungan dengan adanya masa pada mata

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
NANDA
NIC
NOC
1
Gangguan persepsi penglihatan
Orientasi Kognitif
Kriteria hasil :
·      Mampu mengenal diri sendiri
·      Mampu mengenal orang penting lainnya
·      Mampu mengenal tempat yang sekarang
Kompensasi tingkah laku Penglihatan
Kriteria hasil:
·         Mampu mem-posisikan diri untuk penglihatan
·         Menggunakan layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah
·         Menggunakan alat bantu penglihatan yang lemah
Peningkatan Komunikasi : Defisit Melihat
1.      Catat reaksi klien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan)
2.      Menerima reaksi klien  terhadap rusaknya penglihatan
3.      Bantu klien dalam menetapkan tujuan yang baru untuk belajar bagaimana “melihat” dengan indera yang lain
4.      Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya
5.      Gambarkan lingkungan kepada klien
6.      Rujuk klien dengan masalah penglihatan ke agen yang sesuai

Manajemen Lingkungan
1.      Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien
2.      Hilangkan bahaya lingkungan (misal, permadani yang bisa dilepas-lepas dan kecil, mebel yang dapat dipindah-pindahkan)
3.      Hilangkan objek-objek yang membahayakan dari lingkungan
4.      Kawal klien selama kegiatan-kegiatan di bangsal sebagaimana mestinya
5.      Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan jangkauan
6.      Manipulasi pencahayaan untuk kebaikan terapeutik
7.      Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi klien.
2
Nyeri  b.d adanya massa pada mata
Kontrol Resiko
Kriteria hasil :
·         Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3
·         Ekspresi wajah tenang
·         klien dapat istirahat dan tidur
·         v/s dbn
Manajemen Nyeri :
1.      Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).
2.      Observasi  reaksi non verbal dari ketidak nyamanan.
3.      Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya
4.      Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
5.      Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
6.      Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi nyeri.
7.      Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
8.      Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
9.      Monitor TTV

D.   PRIORITAS KEPERAWATAN
1.     Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut.
2.     Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan.
3.     Mencegah komplikasi.
4.     Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan.

E.     IMPELEMENTASI
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent.
F.     EVALUASI
1.      Gangguan persepsi sensori
a)      Orientasi Kognitif
Kriteria hasil :
-          Mampu mengenal diri sendiri
-          Mampu mengenal orang penting lainnya
-          Mampu mengenal tempat yang sekarang
b)     Kompensasi tingkah laku Penglihatan
Kriteria hasil:
-          Mampu mem-posisikan diri untuk penglihatan
-          Menggunakan layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah
-          Menggunakan alat bantu penglihatan yang lemah