A.
DEFINISI
Cephalo Pelvic Disporpotion (CPD) adalah tidak ada kesesuaian
antara kepala
janin dengan bentuk dan ukuran panggul.
janin dengan bentuk dan ukuran panggul.
CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin
dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina, biasanya disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Winkjosastro, 2005).
dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina, biasanya disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Winkjosastro, 2005).
B.
ETIOLOGI
Sebab-sebab
yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Kelainan karena gangguan
pertumbuhan
-
Panggul sempit seluruh : semua
ukuran kecil.
-
Panggul picak : ukuran muka
belakang sempit, ukuran melintang biasa.
-
Panggul sempit picak : semua
ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka belakang.
-
Panggul corong : pintu atas
panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
-
Panggul belah : symphyse
terbuka
2.
Kelainan karena penyakit
tulang panggul atau sendi-sendinya
-
Panggul rachitis : panggul
picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain.
-
Panggul osteomalacci :
panggul sempit melintang.
-
Radang articulatio
sacroilliaca : panggul sempit miring
3.
Kelainan panggul disebabkan
kelainan tulang belakang
-
Kyphose didaerah tulang
pinggang menyebabkan panggul corong.
-
Sciliose didaerah tulang
panggung menyebabkan panggul sempit miring.
4.
Kelainan panggul disebabkan
kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan
panggul sempit miring. e.fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab
kelainan panggul.
C.
MANIFESTASI
KLINIK
1.
Persalinan
lebih lama dari yang normal .
2.
Janin
belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38 minggu.
D.
PATOFISIOLOGI
Tulang
– tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa
dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini
satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os
pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro-
iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat
artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os
koksigis (tl.tungging).
Pada
wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran
sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh
dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak
kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal
ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor
adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levatorani dan muskulus koksigeus.
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor
adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levatorani dan muskulus koksigeus.
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Untuk Pelvimetri dibuat 2
buah foto
1.
Foto pintu atas panggul
Ibu
dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas
pintu atas panggul
2.
Foto lateral
Ibu
dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya
samping
F.
KOMPLIKASI
Apabila
persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung sendiri
tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi
ibu dan janin (Sarwono)
1.
Bahaya pada ibu
-
Partus lama yang sering
disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi
serta asidosis dan infeksi intrapartum.
-
Dengan his yang kuat,
sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat timbul regangan segmen
bawah uerus dan pembentukan lingkaran retrasi patologik (Bandl).
Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam. Apabila tidak segera
diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri.
-
Dengan persalinan tidak
maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada suatu tempat mengalami
tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini meninbulkan
gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya Iskemia dan kemudian nekrosis pada
tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesiko
servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto vaginalis
2.
Bahaya pada janin
-
Patus lama
dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah dengan infeksi
intrapartum.
-
Prolasus Funikuli, apabila
terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan
kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.
-
Dengan adanya disproporsi
sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada panggul dengan
mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin tampa akibat yang jelek
sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas tersebut
dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan intrakrahial.
-
Selanjutnya tekanan oleh
promontorium atau kadang – kadang oleh simfiksi pada panggul picak menyababkan
perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula
meninbulakan fraktur pada Osparietalis
G.
PENANGANAN
1.
Persalinan Percobaan
Cara
ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage
karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan
percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala
janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage
dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
2.
Seksio Sesarea
Seksio
sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada
kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
3.
Simfisiotomi
Tindakan
ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan
ini sudah tidak dilakukan lagi.
4.
Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada
janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.
ASUHAN
KEPERAWATAN
CEPHALOPELVIC DISPRORTION (CPD)
A.
PENGKAJIAN
1. Identitas
-
Ras: ukuran jenis-jenis panggul
berbeda-beda dari berbagai ras.
-
Pada wanita yang tinggi badan < 145
cm, kemungkinan panggul kecil perlu diperhatikan.
2. Riwayat penyakit
-
Ibu yang mempunyai penyakit diabetes mellitus akan
mempengaruhi besar janin.
-
Pada postpoliomyelitis masa kanak-kanak mengakibatkan
panggul miring.
-
Fraktur pada ekstremitas timbul kallus
atau kurang sempurna sembuhnya dapat mengubah bentuk panggul.
-
Penyakit rankitis pada masa kanak-kanak,
jika duduk tekanan badan pada panggul dengan tulang-tulang atau sendi-sendi
yang lembek menyebabkan sacrum dengan promontoriumnya bergerak ke depan dan
bagian bawahnya mendatar sehingga sacrum mendatar.
3. Riwayat
persalinan yang lalu
-
Apakah partus yang lalu berlangsung
lama, ada riwayat letak lintang atau sunsang, persalinan ditolong dengan alat
atau operasi.
4. Riwayat
kehamilan sekarang
-
Usia kehamilan tidak boleh > 42
minggu.
-
Pergerakan anak.
-
Tinggi fundus uteri.
-
Letak anak lintang atau sunsang.
5. Pola
pemenuhan kebutuhan dasar
-
Nutrisi
Pada trimester ke 7 ibu
harus mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat karena berat badan janin
besar akan mempengaruhi prises persalinan.
-
Psikososial
Kecemasan akan Nampak
karena takut apakah ibu dan janin dapat melalui proses persalinan dengan lancar
atau tidak, keduanya harus menyiapkan dana yang lebih jika harus dilakukan secsio
sesarea.
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan panggul luar.
-
Palpasi: usia kehamilan36 minggu bagian terendah janin
belun turun pada primigravida.
-
Selisih distansia spinarum dan distansia
cristarum<1,6 cm.
-
Conjugata eksterna < 16 cm
-
Pemeriksaan panggul dalam: promontorium teraba, linea
inominata teraba, sacrum, spina iskhiadika menonjol.
b. Melakukan Osborn Test
-
Pemeriksaan dengan tangan yang satu
menekan kepala janin dari atas ke arah rongga panggul sedang tangan lain yang
diletakan pada kepala, menentukan apakah bagian ini menonjol diatas symphisis
atau tidak.
c. Metode Muller Munro Kerr
-
Tangan yang satu memegang kepala janin
dan menekannya ke arah rongga panggul, sedangkan 2 jari tangan yang lain
dimasukan ke dalam rongga vagina untuk menentukan sampai berapa jauh kepala
mengikuti tekanan tersebut, sementara itu ibu jari tangan yang masuk dalam
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala janin dan symphisis.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut
berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan.
2.
Ansietas
berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan, kurang pengetahuan tentang pola
persalinan normal.
3.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder dari atony uterus.
4.
Resiko infeksi
berhubungan dengan rupture membrane.
C.
INTERVENSI
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana Keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
||
1
|
Nyeri akut
berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan
|
NOC
-
Pain level
-
Pain control
-
Comfort level
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, Pasien tidak mengalami nyeri dengan kriyeria
hasil:
-
Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologik untuk mengurangi nyeri)
-
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
-
Mampu
mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-
Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-
Tanda vital dalam
rentan normal
-
Tidak
mengalami gangguan tidur
|
NIC
Management
nyeri
1.
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.
2.
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3.
Bantu pasien
dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
4.
Control
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan.
5.
Kurangi factor
presipitasi nyeri.
6.
Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7.
Ajarkan tentang
teknik non farmakologik napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin.
8.
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
9.
Tingkatkan
instirahat
10. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali
|
2
|
Ansietas
berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan, kurang pengetahuan tentang
pola persalinan normal
|
NOC
-
Control
kecemasan
-
Koping
Setelah dilakukan tindakan, kecemasan
klien teratasi dengan kriteria hasil:
-
Klien mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala cemas
-
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengotrol cemas
-
Vital sign
dalam batas normal
-
Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
|
NIC
Anciety
Reduction (penurunan kecemasan)
1.
Gunakan
pendekatan yang menenangkan
2.
Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3.
Jelaskan semua
prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4.
Temani pasien
untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
5.
Berikan
informasi factual mengenai diagnosis, tindakan diagnosis
6.
Libatkan
keluarga untuk mendampingi klien
7.
Instruksikan
pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
8.
Dengarkan
dengan penuh perhatian
9.
Identifikasi
tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12. Kelola pemberian obat anti cemas
|
3
|
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder dari atony uterus
|
NOC
-
Fluid balance
-
Hydration
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan dengan kritria
hasil:
-
Mempertahankan
urin output sesuai dengan usia dan BB
-
Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh dalam batas normal
-
Tidak ada
tanda-tanda dehidrasi
-
Elektrolit,
Hb, Hmt dalam batas normal
-
pH urin dalam
batas normal
-
Intake oral
dan intravena adekuat
|
NOC
Fluid
management
1.
Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat
2.
Monitor status
hidrasi (kelembaban membrane mukosa)
3.
Monitor hasil
lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin, albumin,
total protein)
4.
Monitor vital
sign setiap 15 menit-1 jam
5.
Monitor status
nutrisi
6.
Berikan
penggantian nasogatrik sesuai output (50-100 cc/jam)
7.
Dorong
keluarga untuk membantu pasien makan
8.
Atur
kemungkinan tranfusi
9.
Pasang kateter
jika perlu
10. Monitor intake dan urin output setiap
8 jam
|
4
|
Resiko infeksi
berhubungan dengan rupture membrane
|
NIC
-
Immune status
-
Knowledge:
infection control
-
Risk control
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria
hasil:
-
Klien bebas
dari tanda dan gejala infeksi
-
Menunjukan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
-
Jumlah
leukosit dalam batas normal
-
Menunjukan
prilaku hidup sehat
-
Status imun,
gastrointestinal dalam batas normal
|
NOC
1.
Pertahankan
teknik aseptif
2.
Batasi
pengunjung bila perlu
3.
Cuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4.
Gunakan baju,
sarung tangan sebagai alat pelindung
5.
Ganti letak IV
perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
6.
Gunakan
kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
7.
Tingkatkan
intake nutrisi
8.
Berikan terapi
antibiotic
9.
Monitor tanda
dan gejala infeksi sistemik dan local
10. Inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
11. Monitor adanya luka
12. Dorong masukan cairan
|
D.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai
hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat
hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.
Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai independent,
interdependent dan dependent.
E.
EVALUASI
1.
Diagnosa I
-
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologik untuk
mengurangi nyeri)
-
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
-
Mampu mengenali
nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
-
Tanda vital
dalam rentan normal
-
Tidak mengalami
gangguan tidur
2.
Diagnosa II
-
Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengotrol cemas
-
Vital sign dalam
batas normal
-
Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
3.
Diagnosa III
-
Mempertahankan
urin output sesuai dengan usia dan BB
-
Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh dalam batas normal
-
Tidak ada
tanda-tanda dehidrasi
-
Elektrolit, Hb,
Hmt dalam batas normal
-
pH urin dalam
batas normal
-
Intake oral dan
intravena adekuat
4.
Diagnosa IV
-
Klien bebas dari
tanda dan gejala infeksi
-
Menunjukan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
-
Jumlah leukosit
dalam batas normal
-
Menunjukan
prilaku hidup sehat
-
Status imun,
gastrointestinal dalam batas normal